Rasionalitas Ekonomi


RASIONALITAS EKONOMI


Dosen Pembimbing:
Lantip Susilowati, S.Pd, MM.

 









1.      Muhamad Rifa’i                         (3223103046)
2.      Putri Setiya Erdani                     (3223103057)
3.      Tinta Dwi Margawati                 (3223103068)







Prodi  MPS
Jurusan  Syariah
Sekolah  Tinggi  Agama  Islam  Negeri ( STAIN)Tulungagung
2011/2012


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kekuatan,kesempatan,dan kasih sayang yang telah di curahkan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ RASIONALITAS EKONOMI” yang diberikan oleh dosen pembimbing kami secara tepat waktu.
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa khususnya MPS (manajemen perbankan syariah) dalam perkuliahan mata kuliah “Mikro Ekonomi Islam’’ kelompok kami menyusun makalah rasionalitas ekonomi yang berasumsi bahwa manusia hidup harus dapat menentukan pilihan secara rasional.
            Tak lupa saya hantarkan terima kasih kepada:
1.Dr.Maftukin,M.Ag ketua STAIN Tulung Agung
2. Lantip Susilowati, S.Pd, MM. Sebagai dosen pembimbing Mikro Ekonomi Islam’’
3.Kedua Orang tua kami  yang telah mendukung dan sudi membiayai pembuatan makalah ini
4.Serta tak lupa kepada teman-teman saya yang ikut membantu saya

            Saya berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kami dan bagi yang membacanya.Amin..Amin..Amin Ya Robbal Alamin


Wassalamu’alaikum Wr.Wb

                                                Penyusun






DAFTAR ISI

Hal judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1.Pendahuluan
            a. Latar belakang masalah
            b. Rumusan masalah
            c. Tujuan pembahasan masalah
BAB II.Pembahasan
a)      Definisi Rasionalitas
b)      Tipe rasionalitas
c)      Fenomena sejarah
d)     Prinsip-prinsip rasionalitas ekonomi
e)      Perspektif islam tentang rasionalitas
           
BAB III. Penutup
            a. Kesimpulan
            b. Saran
Daftar Pustaka








BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
            Munculnya ilmu ekonomi dikarenakan kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan alat ataupun sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangatlah terbatas, untuk memenuhi sumberdaya ataupun biasa kita sebut barang pemuas manusia haruslah pintar-pintar menggunakan rasionya, disini manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan dan cara melakukan pilihan tersebut hanya dapat dilakukan oleh manusia ekonomi secara rasionalitas ekonomi.
            konsistensi seseorang dalam menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa alternative pilihan manusia tersebut dalam menentukan pilihan ini manusia dihadapkan pada seseorang yang paling mengerti kebutuhannya sendiri”homo economicus”.
           

               
B.Rumusan Masalah
           
C. Tujuan pembahasan masalah
           









BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI RASIONALITAS EKONOMI
Rasionalitas menjadi membingungkan ketika dapat berarti banyak, seperti tidak memihak(dispassionate), beralsan(reasonable), logis(logical), dan mempunyai maksud tertentu(purposeful). Serta lebih lanjut keputusan rasional yang dibuat terkadang tidak selalu sesuai yang diharapkan. Perbedaan pengertian tentang rasionalitas inipun juga terjadi antar sesama ilmuan sosial. Dimana rasionalitas menjadi topik yang kontriversional dan tidak ada devinisi jelas,lugas, serta gamblang yang bisa diterima secara umum oleh semua pihak.
            Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa itu rasionalitas, adabaiknya jika harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksudkan oleh para ekonom ketika mereka mengatakan bahwa sesuatu keputusan yang diambil seorang pelaku ekonomi ialah rasional secara ekonomi. Rasionalitas mungkin akan memiliki maksud dan arti yang berbeda pada setiap orang. Dimana, mungkn saja seorang individu membuat keputusan yang menurut dia itu rasional, sedngkan menurut orang lain itu tidak rasional. Selain itu sering sekali terjadi perbedaan yang membingungkan antara rasionalitas menurut fakta dan teori.
            Dalam literatur teori ekonomi modern yang tersedia, seorang pelaku ekonomi diasumsikan rasional berdasarkan hal-hal berikut[1]:
1)      Setiap orang tahu apa yang mereka mau dan inginkan, serta mampu mengambil keputusan atas suatu hal, dari sesuatu yang paling diinginkan(most prefered) sampai dengan paling kurang diinginkan(less prefered). Setiap individu akan mampu bertindak dan mengembalikan keputusan secara konsisten.
2)      Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan tradisi, nilai-nilai, dan mempunyai alasan dan argumentasi yang jelas dan lugas. Hal ini menunjukakan bahwa metodologi rasionalitas ketika hal ini diambil berdasarkan cara berfikir dari setiap pelaku ekonomi itu sendiri.
3)      Setiap keputusan yang diambil oleh individu ini harus menuju pada pengkuantifikasian keputusan akhir dalam satuan unit moneter. Pengkuativikasian ini akan membawa, pada perhitungan dan bertendensi untuk memaksimalkan tujuan dari setiap aktivitas, dimana sesuatu hal yang lebih baik lebih disukai dari pada yang kurang baik.
4)      Dalam model produksi dari kapitalisme, rasionalitas berarti kepuasan yang dapat dicapai dengan prinsip efisiensi dan tujuan dari ekonomi itu sendiri. Disana tidak ada ruang bagi sentimen pribadi atau nilai tradisional yang tidak dapat dikuantitatifkan dalam unit moneter.
5)      Perilaku seorang individu yang rasional dalam mencapai kepuasan berdasarkan kepentingan sendiri bersifat materiil(materiil self interest) akan menuntut pada pembuatan barang-barang sosial yang berguna bagi kemaslahatan umat.
6)      Pilihan seseorang dapat dikatakan rasional jika pilihan ini secara keselurahan bisa dijelaskan oleh syarat-syarat hubungan konsisten pilihan yang lebih disukai dengan definisi penampakan pilihan yang lebih disukai. Yaitu, jika seluruh pilihan ini bisa dijelaskan ketika memilih yang alternatif yang lebih disukai dengan berdasarkan hubungan postulat pilihan yang lebih disukai.
Secara ringkas, rasionalitas dalam banyak ekonomi literaturn berarti kepentinagan sendiri (self-interest) dan pada saat yang bersamaan konsisten pada pilihan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, di mana bisa dikuantifikasikan menuju maksimalisasibeberapa ide kesejahteraan umum.






C.     FENOMENA SEJARAH
Suatu fakta sejarah mengungkapkan bahwa rasionalitas adalah suatu konsekwensi atas faktor ekonomi dan agama,dimana faktor utama ini menjadi landasaan dasar dalam pembahasan tentang perkembangan kapitalis. Dalam masa periode awal merkantilisme, para pedagang mencari keuntungan tinggi karena dua faktor:
1.      Kebijakan yang memberikan keuntungan terlebih kepada kaum perdagangan dengan memberikan perlakuan khusus yang bersifat monopolistik.
2.      Faktor agama yang berasal dari pengajaran katolik Yang mengutuk kekayaan, dimana kesejahteraan ekonomi dan kekayaan akan berlawanan dengan pengajaran oleh gereja.
Pada akhir abad ke-17, pasar kapitalis yang berkembang secara maju dan signifikan atas produksi dan perdagangan. Kemudian berdasarkan konteks ini, teori baru tentang perilaku manusia telah lahir. Dalam hal ini, sifat menang sendiri dan egois menjadi hal yg utama, jika tidak dapat dikatakan sebagai satu-satunya yang menjadi acuan manusia dalam aktifitas. Pergerakan melawan doktrin dan kekuasaan gereja yang terlalu diktator melahirkan suatu etika protestan. Etika protestan kemudian diformulasikan untuk mendukung dan menjadi alasan dalam motiv kepentingan pribadi( self interest) dalam ekonomi kapitalis. Sebagi hasil atas perubahan ini, doktrin individualis dan egois ini mulai mendominasi dalam pemikiran ekonomi. Sehingga jelas bahwa rasionalitas yang bersifat egois merupakan bentuk perlawanan atas peraturan negara dan anti gereja
            Dengan kata lain, proses sejarah merupakan hasil dari perkembangan perdagangan kapitalis dan metode produksi kapitalis. Dunia menjadi saksi perubahan filosofi atas merkantilisme menuju kepada perdagangan bebas dan liberalisasi ekonomi. Prinsip dari rasionalitas ekonomi menunjukan sendiri secara penuh pada awalnya didalam sejarah perkembangan aktivitas ekonomi seseorang.
            Konsep manusia ekonomi yang rasional, dipandu oleh kepentingan pribadi( self-interest) yang diturunkan dari proses sejarah, yang tidak mempunyai perasaan dan emosi serta tidak memperhitungkan sentuhan-sentuhan kemanusiaan seperti simpatik dari sesama, perhatian moral, dan rasa religius. Perilaku individu ini penting dalam rangka mencapai barang-barang sosial. Dalam sistem persaingan sempurna, setiap ondividu dituntut oleh kepentingan pribadi, serta diatur oleh tangan- tangan ghaib( invisible hand) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan secara umum. Dalam model ini, perilaku manusia berdasarkan asumsi dari rasionalitas egois yang menjadi titik perhatian dalam ekonomi neoklasik.




















D.    Prinsip-prinsip rasionalitas ekonomi
1.      Kelengkapan (completeness)
Prinsip ini mengatakan bahwa setiap individu selalu mengatakan keadaan mana yng lebih disukainya diantara dua keadaan. Bila Adan B merupakan dua keadaan  yang berbeda, maka individu selalu dapat menentukan secara tepat satu diantara kemungkinan berikut.
·          A lebih disuka daripada B
·         B lebih disukai daripada A
·         A dan B sama-sama disukai
·         A dan B sama-sama tidak disukai
2.      Trasnssitivitas (transitivity)
Prinsip ini menerangkan tentang konsistensi seseorang dalam menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa alternative pilihan produk. Dimana jika seorang individu mengatakan bahwa” Produk Alebih disukai daripada produk B”,Dan produk B lebih disukai daripada produk C”. Prinsip ini sebenarnya untuk memastikan adanya kosistensi internal didalam diri individu dalam hal ini pengambilan keputusan.
Hal ini menunjukkan dalam setiap alternatif pilihan setiap indvidu dan selalu konsisten dalam menentukan preferensinya dalam suatu  produk dibandingkan dengan produk lain.
3.      Kesinambungan (continuity)
Prinsip ini menjelaskan bahwa jika seseorang individu mengatakan”produk A lebih disukai daripada produk B”, maka setiap keadaan yang mendekati produk A pasti juga akan lebih disukai daripada produk B.
4.      Lebih Banyak Selalu Lebih Baik ( The More Is Always The Better)
Prinsip ini menjelaskan bahwa jumlah kepuasan akan lebih meningkat, jika individu mengonsumsi lebih banyak barang atau produk tersebut, hal ini dapat dijelaskan  dengan kurva kepuasan konsumen dalam ilmu ekonomi hal ini dikenal dengan kurva indiferen yang semakin meningkat memberikan kepuasan yang lebih baik. Sehingga konsumen lebih cenderung akan selalu menambah konsumsinya demi kepuasan nyang akan didapat. Meskipun kurva indiferen ini akan dibatasi oleh keterbatasan anggaran.
Adapun bagi konsumen muslim hal diatas masih perlu dimodifikasi lagi. Sebab tidak cukup bila hanya mengandalkan prinsip rasionalitas yang diajukan oleh ekonomi konvensional, yaitu:
1.      Objek yang halal dan thayib ( halal dan thayib)
dalam islam individu dibatasi oleh aturan-aturan syariat, dimana ada beberapa barang yang tidak boleh dikonsumsi karena ada suatu alasan tertentu, barang ini hukumnya haram. Sehingga konsumen muslim hanya bisa mengkonsumsi barang atau objek yang halal, baik produknya atau prosesnya. Oleh karenanya, hanya produk-produk yang halal dan thayib( yang mendatangkan kebaikan) yang bisa dikonsumsi oleh konsumen muslim dalam aktivitasnya sehari-hari, mengapa barang-barang yang thayib bisa dimasukkan, sebab bisa sajab ada produk-produk yang sifat produknya halal tapi tidak thayib apabila dikonsumsi
2.      Lebih banyak tidak selalu lebih baik( the more isn’t always better)
Prinsip ini mengkritik prinsip keempat, dimana sesuatu yang lebih banyak tidak selamanya selalu lebih baik. Hal ini terjadi pada barang-barang yang dapat menimbulkan kemudharatan bagi individu yang mengkonsumsinya. Bila produk ini dikonsumsi semakin banyak justru akan menyebabkan individu dan masyarakat menjadi lebih buruk kondisinya.














BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
            Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan maka dari itu saya harapakan kritik dan saran dari semua pihak dan semoga makalah selanjutnya lebih baik.



















DAFTAR PUSTAKA































[1]Syed umar syed agil, rationality in economic theory: A critical Apraisal, dalam Sayid Tahir,et, al, ed., reading in microeconomics: An islamic perspektive, (selangor: logman malaisia, 1992), hlm. 32

Leave a Reply