Pendapatan Nasional
BAB VII
PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL
A. Konsep Pendapatan Nasional
Pada bagian ekonomi makro, diawali dengan pembahasan mengenai pengukuran pendapatan nasional. Pendapatan nasional menjadi focus bahasan utama karena sampai dengan saat ini masih diyakini sebagai penyangga dalam membuat kebijakan ekonomi suatu negara. Interpretasi dari pendapatan nasional inipun sangat bervariatif; produk nasional kotor (gross national product) dan produk domestik kotor (gross domestic product) Namun secara filosofis ketiganya sangatlah berbeda.
Produk nasional kotor (gross national product-GNP), adalah
nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode
tertentu (satu tahun) yang diukur dengan satuan uang. Perhitungan produk
nasional kotor dengan menjumlahkan semua nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh penduduk suatu negara tersebut ditambah dengan penduduk negara tersebut
yang berada di luar negeri (misalnya, untuk kasus di Indonesia, apa yang
dihasilkan oleh penduduk Indonesia yang berada dalam wilayah Indonesia ditambah
dengan apa yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia yang bekerja di luar
negeri).59
Produk domestik kotor (gross domestic product-GDP), adalah
nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode
tertentu yang menjumlahkan semua hasil dari warga negara yang bersangkutan
ditambah warga negara asing yang bekerja di negara yang bersangkutan.60 Dengan demikian penggunaan istilah pendapatan nasional
adalah mewakili arti produk domestik kotor atau produk domestik kotor.
Pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.61
Gambar 26: Sirkulasi aliran pendapatan dalam Ekonomi
Subsisten62
Gambar
27: Sirkulasi aliran pendapatan dalam Ekonomi Modern63
Gambar 26 menjelaskan sirkulasi aliran pendapatan
yang sangat sederhana yang hanya terdapat dalam perekonomian subsisten, dimana
kegiatan perdagangan sangat terbatas dan pada umumnya dilakukan secara barter
(tidak menggunakan uang). Dalam sistem seperti ini para penerima pendapatan
tidak melakukan aktivitas menabung. Mereka akan selalu menggunakan seluruh
pendapatan yang mereka terima untuk memperoleh barang-barang kebutuhan mereka.
Gambar 27 menjelaskan sirkulasi aliran pendapatan dalam perekonomian yang lebih maju, dimana penerima-penerima pendapatan akan menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada para pengusaha/investor yang selanjutnya digunakan untuk investasi yaitu dengan melakukan pembelian barang modal. Begitu selanjutnya masing-masing pelaku ekonomi/sektor saling tergantung dalam melakukan aktivitas ekonomi/perdagangan. Sedangkan untuk menghitung pendapatan nasional keseimbangan menggunakan pendekatan dua sektor, tiga sektor dan empat sektor.
B. Keseimbangan Pendapatan Nasional Dua Sektor
Yang dimaksud dengan
perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah
tangga dan perusahaan.64 Secara matematis:
Y = C + I pendekatan
AD=AS persamaan
6.1
S = I pendekatan Suntikan = Bocoran persamaan 6.2
Keterangan:
Y : Pendapatan nasional
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi pengusaha
S : Tabungan
AD : Permintaan menyeluruh
AS : Penawaran menyeluruh
Berdasar persamaan 6.1, besarnya pendapatan nasional (Y) dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga (C) dan investasi pengusaha (I). Karenanya nilai konsumsi dan investasi65 haruslah diselesaikan terlebih dahulu.
C = a + bY persamaan 6.3
S = -a + (1-b)Y persamaan 6.4
Keterangan:
C. Keseimbangan Pendapatan Nasional Tiga Sektor
Perekonomian tiga sektor
adalah perekonomian yang terdiri dari sektor-sektor yang berikut: rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah. Dengan demikian dalam menganalisis perekonomian tiga
sektor pada hakikatnya akan diperhatikan peranan dan pengaruh pemerintah ke
atas kegiatan dalam suatu perekonomian.66
Rumah tangga berarti konsumsi (C), perusahaan adalah Investasi (I) dan
pemerintah adalah campur tangan pemerintah (G) yang meliputi: pengeluaran
pemerintah, subsidi, pajak, transfer
payment, dan lain-lain. Secara
matematis:
Y = C + I + G pendekatan
AD=AS persamaan
6.6
S + Tx = I + G pendekatan
Suntikan = Bocoran persamaan
6.7
Pada kasus
perekonomian tiga sektor, Y = Yd67 jika
belum ada pajak, jika ada pajak maka Y ¹ Yd karena Yd = Y-Tx
Keterangan:
Y : Pendapatan nasional
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi pengusaha
G : Pengeluaran pemerintah
S : Tabungan
AD : Permintaan menyeluruh
AS : Penawaran menyeluruh
Tx : Penerimaan
pajak
D.
Keseimbangan Pendapatan Nasional Empat Sektor
Perekonomian empat sektor
adalah perekonomian yang terdiri dari sektor-sektor yang berikut: rumah tangga,
perusahaan, pemerintah dan perdagangan luar negeri baik yang bersifat ekspor
maupun impor. Dengan mempertahankan notasi yang sama untuk rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah, sedangkan perdagangan luar negeri dinotasikan dengan
X (ekspor)68 dan M (impor)69.
Model perekonomian yang
meliputi kegiatan ekspor dan impor dinamakan perekonomian empat sektor atau
perekonomian terbuka.70 Secara matematis:
Y = C + I + G + (X-M) pendekatan AD=AS persamaan
6.8
S + Tx + M = I + G + X pendekatan Suntikan = Bocoran persamaan
6.9
Sama dengan
perekonomian tiga sektor, Y = Yd jika belum ada pajak, jika ada pajak maka Y ¹ Yd karena Yd = Y-Tx
Keterangan:
Y : Pendapatan nasional
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi pengusaha
G : Pengeluaran pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
S : Tabungan
AD : Permintaan menyeluruh
AS : Penawaran menyeluruh
Tx : Penerimaan pajak
59 Iskandar Putong. Ekonomi Mikro …, 2003, hal. 162.
60 Ibid
61 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi
Kedua, Cetakan Keempat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995, hal. 34.
62 Ibid, hal. 66.
63 Ibid, hal. 67.
64 Ibid, hal.
91
65 Untuk ekonomi dua sektor investasi bersifat
otonom, misal I = 80 Milyar
66 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro …, 1995, hal. 131.
67 Yd adalah pendapatan disposebel atau
pendapatan yang siap untuk dibelanjakan yaitu Y-Tx. Kalau belum ada
pajak maka Y = Yd.
68 Faktor penting yang menentukan kegiatan
ekspor adalah kemampuan dari negara tersebut untuk memproduksi barang-barang
yang dapat bersaing di pasaran luar negeri.
69 Besarnya impor dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan nasional.
70 Sadono
Sukirno, Pengantar Teori Makro …, 1995, hal. 377.
joss